Kamis, 06 November 2014

Parkir-Parkir Liar di Surabaya

Yang saya maksud liar disini adalah parkir yang tidak menggunakan karcis resmi dan menarik dengan tarif yang tinggi. 
1- Depan telkom ketintang ada warung-warung PKL Bayangkan untuk membeli pukis seharga seribuan dalam setengah menit, kita harus membayar1000?
2- BRI wiyung pernah meminta uang Rp. 2000 utnuk sepeda motor.
3- Ayo yang mau nambah silahkan di komentar

Tabrakan

Sore ini saya mengalami kejadian yang menyedihkan. Pulang dari kantor, sehabis mengerjakan pekerjaan yang menjenuhkan, saya kelupaan kalau laptop tertinggal di kantor. Saya memutuskan untuk meninggalkan dan menelpon teman yang masih di kantor agar menyimpan laptop di sana.
Di jaln besar yang macet, saya mengambil bahu kiri jalan. Saya lirik tidak ada lampu riting yang menyala pada motor di depan saya. Saya putuskan untuk langsung mengegas sepeda saya. Sialnya, sepeda motor yang didepan saya secara tiba-tiba membelokkan ke gang disebelah kiri. Kamipun bertabrakan. Sepeda motor saya jatuh dibawah sepedanya. Lampu sein sebelah kiri saya ringsek, patah. Slebor lepas dan retak-retka sampai lampu depan hampir lepas. Totok speedometer juga retak. Pijakan kaki sebelah kiri miring ke belakang. Celana hitam saya robek sedikit di sekitar dengkul. Begitupun dia dan istri? (perempuan yang bersamanya).
Dia memulai menggertak sebelum saya berhasil menegakkan badan dan sepeda motor saya yang tertindih sepedanya. Saya masih tepaku dengan peristiwa itu. Gertakan itu rupanya membuat ciut nyali saya. Meski saya lihat orang itu masih terlihat lebih muda dari saya. Ada beberapa orang yang membantu menolong menegakkan sepeda motor saya, dan meminggirkan posisinya.
Anak itu terlihat ngotot dan berargumen bahwa dia sudah memberikan tanda riting untuk belok ke kiri sambil membuka kunci untuk menghidupkan lampu sein. Saya tidak melihat secuil pun tanda lampu ketika mau menyalipnya. Kalaupun dia memberi tanda itupun MUNGKIN cuma 2-3 kedipan saja. Saya berargumentasi bahwa 2-3 kedipan tidak cukup untuk memberi tanda berbelok. Sebab jalan begitu cepat dan sekelebat saja. Si perempuan sibuk menelpon dan meng sms , entah siapa. Dia menggertak untuk membwanya ke polisi. Saya menyanggupinya, namun sepertinya nyalinya keder juga setelah saya membuka slayer yang menutupi hidung-mulut saya.Perdebatan berlangsung seperti anak kecil. Saya berusaha untuk mengalah dan lebih bijaksana sambil membaca wirid-wirid, saya memohonnya dengan halus untuk membantu mengganti onderdil sepeda saya yang rusak. Dia dengan tegas menolak. Padahal dia lecet sama seperti saya lecet. Perbedaanyya adalah kondisi sepeda dia tidak ada kerusakan yang berarti kecuali seng plat nomor yang bengkok. Di luruskan dengan tanganpun bisa.
Mereka ingin beranjak pergi untuk menaiki sepeda motornya, dan saya meminta untuk kesekian kalinya supaya dia bertanggung jawab atas perbuatannya. Namun dia malah mengegas motornya dengan keras. Saya pun mendorong kepalanya, dia pun mengumpat sambil meneruskan perjalanannya.

Ini adalah kali kedua kecelekaan yang pernah saya salami, setelah sebelumnya saya menabrak orang tua dengan kasus yang sama, yaitu "telat menghidupkan lampu riting". Kejadian pertama relativ damai, karena kami sudah saling memaafkan dan legowo.

Hikmah:
Terkadang kalau kita terlalu lembek dimata orang, kita malah ditindas dan diinjak-injak.

Saya berfikir, sepertinya ini memang waktunya untuk membeli kamera cctv untuk sepeda saya.