Awal September saya berangkat ke Jambi, dan berinisiatif memarkirkan sepeda motor di Juanda. Memasuki area juanda saya harus mengambil karcis via mesin parkir (tanpa membayar). Di pos parkir sepeda motor, saya bertanya kepada petugas, bahwa tarif parkir permalam nya adalah Rp. 5000,-/hari. Dalam hati saya, alhamdulillah saya tadi tidak naik taksi. Betapa mahalnya kalau saya tadi jadi naik taksi.
Setelah 10 hari di Jambi, saya landing di Terminal Internasional Juanda. Di sana saya di "tawari" oleh pihak "resmi?" untuk naik taksi. Sepanjang mata memandang, tidak ada calo, kernet untuk kendaraan lain semacam bus, atau kendaraan umum biasa selain taksi.
Monopoli taksi sangat terasa, dan sudah diatur sedemikian rupa oleh pihak angkasa pura. Untuk naik dari terminal Internasional menuju terminal domestik juanda, saya harus merogoh kocek Rp. 40.000,- an. Sopir taksi tidak ramah, saya tidak tahu kenapa.
Setelah saya sampai di parkiran sepeda motor bandara juanda terminal domestik, salah satu petugas men-total jasa parkir saya selama 10 hari sebesar Rp. 50.000,-.
Di Pos keluar juanda, saya juga masih harus membayar Rp. 1.500,-